Resensi Novel MAY: Tragedi Banjarmasin yang Kelam
Novel May adalah salah satu bentuk keberanian dalam karya sastra. Keberanian yang dibangun penulis dalam mengungkapkan sejarah kelam Banjarmasin. Berkat potongan sejarah tersebut novel ini memunculkan karakter yang dipenuhi luka trauma yang mendalam. Terutama bagi tokoh May yang notabene sebagai senter dalam cerita.
Identitas Buku
Judul Buku : MAY
Penulis : Sandi Firly
Tahun Terbit : 2019
Penerbit : Kata Depan
Kisah May mulai berkembang sejak kedatangan Kin dari kota. Sebagai penulis novel percintaan yang melulu kena kritikan, Kin memutuskan datang ke sebuah pelabuhan. Di sana dia menemukan sebuah kedai yang hanya menjual kopi dan lempeng. Bahkan di sana juga dia mendapat tempat tinggal sementara. Kin pun memperoleh inspirasi untuk menulis novel barunya. Novel yang disusun dari empat tokoh dengan bekas trauma yang berkepanjangan. Trauma itu bangkit atas:
Tragedi Banjarmasin 23 Mei 1997
Semua tokoh dalam novel May bermula dari sumber luka yang sama. Tepatnya yaitu ketika kerusuhan terjadi di beberapa bagian kota. Persisnya tempat-tempat umum seperti mall, sekitar pasar, deretan pertokoan, dan rumah warga. Bentrokan massa terjadi sehingga menyebabkan banyak orang terluka dan ada yang tidak diketahui jumlahnya meninggal dunia dan hilang. Kebakaran dan kerusakan meluluhlantahkan kota yang dianggap nyaman.
Duka yang Berkepanjangan
Siapa yang tidak terluka bila mendengar orang yang kita cintai hilang tanpa kabar beritanya. Mereka pergi, tetapi tidak pulang kembali. Tentu tragedi ini menyisakan trauma mendalam bagi masyarakat Banjarmasin. Sementara dalam novel ini digambarkan pada tokoh-tokoh berikut:
Tokoh May
Tokoh May kehilangan sosok bapaknya yang kerapkali datang setiap malam ke kedai untuk menjenguknya. Namun, sejak Jumat kelabu itu bapaknya hilang tanpa jejak. Apalagi May juga ditinggalkan ibunya jauh ke negeri Cina. Demi pria lain yang lebih menyayangi ibunya dibanding bapak yang cuma sebatas status dalam pernikahan mereka. May merupakan tokoh yang divisualisasikan sebagai sosok yang kesepian dengan trauma yang fatal. Agar tidak melamun sepanjang hari, Pak Gendut, pemilik kedai kopi akhirnya membelikan novel untuk May baca selama menunggu pelanggan.
Tokoh Pak Tua
Tokoh satu ini mempunyai kisah yang tragis setelah kehilangan anak lelakinya dalam tragedi tersebut. Pasca 23 Mei, dia terus mencari keberadaan anaknya. Namun, tidak ada guna. Satu pun surat kabar tidak ada yang tahu keberadaannya. Tempat yang dapat dipercaya masyarakat pun tidak membantu. Istrinya sakit berbulan-bulan sampai meninggal, tapi anaknya tidak pulang. Jauh sejak malam itu Pak Tua menghabiskan waktunya semalam suntuk duduk di kedai setiap harinya.
Laki-Laki Bertopi
Tokoh Laki-Laki Bertopi ini memiliki pengalaman hidup yang menegangkan. Dia adalah pembunuh bayaran. Di satu kasus, dia datang untuk memberikan cincin kepada pria paruh baya di kamar hotelnya. Dalam pergumulan panas antara pria paruh baya dan sang wanita, Laki-Laki Bertopi itu melenyapkan nyawanya. Dia kabur di tengah-tengah kericuhan kota.
Tokoh Pemuda Berdasi
Tokoh yang nelangsa akibat ditinggal menikah. Kekasihnya menikah dengan seorang pengusaha kaya untuk bisnis semata. Lelaki yang usianya terpaut jauh dari gadis yang dia cintai. Lebih nahasnya lagi, dia gagal mengacaukan pernikahan itu. Tubuhnya banyak lebam dan hatinya padam.
Tokoh Perempuan
Hidup tokoh perempuan dengan gaya yang glamor ini sangat menyedihkan. Pasalnya, suami pekerja batu baranya pergi. Lelaki itu meninggalkan dirinya dan menikah lagi. Karena itu dia beranggapan bila suaminya tidak puas bersama dirinya. Sehingga dia pun bermain dengan banyak pria di luar sana.
Tokoh Pak Gendut
Pemilik kedai dekat dermaga ini mulanya saudagar kaya. Dulu dia dan istrinya membantu orang tua May yang kesusahan. Dia beri mereka pekerjaan. Sampai pada kerusuhan itu terjadi semua isi toko miliknya raib. Tak lama istrinya juga meninggal. Bapak May yang pernah dia takuti pun tak ada, kini dia berani melecehkan May. Teror selalu dibuat agar tidak ada pemuda yang mendekati gadis kedai itu.
Di ujung cerita, Kin pun hampir berhasil merampungkan semua trauma yang tokoh-tokoh tersebut alami dalam tulisannya. Meskipun, masih banyak luka yang belum dia ketahui dari tokoh May itu sendiri. Sedangkan para tokoh pengunjung kedai diamankan dinas sosial setempat.
Novel May bukan novel sejarah yang menyampaikan berbagai permasalahan yang menimbulkan konflik. Namun hebatnya, berangkat dari sepotong trauma yang dibumbui dengan gaya bercerita yang luwes membuat novel ini sukses mencabik hati nurani saya sebagai pembaca. Banyak sekali keadilan yang dirampas dari setiap tokoh cerita. Ternyata kesadaran berpendapat saja kala itu begitu nihil untuk disuarakan. Lantas, bagaimana dengan hari ini?
Komentar
Posting Komentar